Tau Apa Anda Tentang Geng Motor?
REP | 09 October 2010 | 05:30 Dibaca: 6778 Komentar: 23 1 Menarik
Saya berani taruhan rata-rata semua
kompasianer tau tentang geng motor di bandung yang tersohor itu. Yak tak
dipungkiri, setelah masuk dalam pemberitaan di beragam media perihal geng motor ini menjadi konsumsi dan pengetahuan umum bagi masyarakat indonesia.
Tapi apakah kompasianer bener-bener paham mengenai apa itu geng motor,
bagaimana cara rekrutmen anggotanya, mengapa hal ini menjadi masalah
yang tak kunjung selesai di masyarakat bandung umumnya, dan seribu satu
hal lainnya. Maka reportase kali ini sengaja disusun oleh penulis untuk
membeberkan sosok sebenarnya dari geng motor ini.
Sejarah dan 4 geng motor terkenal di bandung
Sebenarnya geng motor terbentuk akan kesamaan hobi ngebut dengan motornya
baik di siang maupun malam hari. Susahnya mencari event otomotif di
tahun 80-an juga merupakan salah satu motif berkumpulnya anak muda
kemudian membentuk geng demi hobi ngebut dijalanan.
Pada saat itu,
walaupun sering terjadi kebut-kebutan yang cukup mengganggu tapi geng
motor belumlah se-brutal sekarang. Saat itu, menurut narasumber penulis
(salah satu eks pentolan geng motor tahun 80-an), apabila ada masalah
maka akan diadakan duel resmi antara individu-individu yang bermasalah dan disaksikan oleh para “tetua”.
Seiring dengan perkembangan zaman dan jumlah anggota, terjadi perubahan
dalam arti solidaritas, keberanian, serta tujuan yang berujung pada
pertikaian yang melibatkan gerombolan kelompok dan tentunya mendatangkan
korban masyarakat biasa.
Hingga saat ini tercatat ada 4 geng motor yang terkenal di bandung. Ada XTC (eXalt To Coitus), GBR (GraB on Road), Moonraker, Briges (BRIGadir Seven).
Keempat geng ini memiliki tujuan untuk menghasilkan anggota dari
kalangan SMP atau SMA (laki-laki maupun perempuan) yang “solider” dan
“berani” dan telah memiliki banyak cabang didaerah jawa barat lainnya
(walaupun pusatnya tetaplah di kota bandung dan sekitarnya).
Apa arti “solider”
dan “berani”? Arti “solider” dan “berani” disini dapat merujuk pada
temuan “buku putih” dokumen wajib milik anggota geng motor itu sendiri.
Pada tahun 1999 kepolisian bandung menemukan dokumen setebal 20 halaman
yang memuat tiga doktrin utama geng motor, anggota harus berani
melawan polisi dengan pangkat komisaris ke bawah, anggota harus bernyali
baja dalam melakukan kejahatan dan anggota harus berani melawan orang
tua.
Selain doktrin tersebut, masa pengospekan yang sedemikian rupa seperti
keharusan berkelahi, keharusan merusak, keharusan minum dan lainnya
adalah alasan utama yang membuat anggota geng motor sekarang menjadi
sedemikian brutal dan menjadi momok dimana-mana. Sekarang mari kita tilik satu persatu geng motor yang sering kompasianer dengar dari berbagai forum yang ada.
XTC (Exalt To Coitus)
XTC awalnya didirikan
pada tahun 1982 dikota bandung oleh sekumpulan anak swasta elite. XTC
memiliki anggota yang banyak serta loyal dimana-mana. Peningkatan jumlah
anggota tersebut bahkan membuat XTC yang awalnya hanya menguasai
beberapa ruas jalan di kota bandung, seperti jalan Gatot
subroto, jalan peta, jalan buah batu, dan jalan diponegoro mampu
memperluas wilayahnya hingga daerah jalan dago, pasteur bahkan hingga
kiara condong.
Perluasan wilayah
inilah yang menyebabkan terjadi banyak pertikaian karena tersinggungnya
wibawa geng motor lainnya. Pertikaian yang telah menelan banyak korban
baik sesama anggota geng motor dan juga anggota masyarakat biasa lainnya.
Menarik untuk
menyimak bagaimana XTC melakukan ospek terhadap para calon anggotanya.
Biasanya penggodokan anggota dilakukan di lembang selama beberapa hari.
Saat itu para calon anggota akan “ditempa” dengan beragam aktivitas
fisik termasuk duel antar sesama (dahulu sempat ditayangkan di beberapa
TV swasta di indonesia). Selain itu ada inisiasi tambahan, kalau anda
jeli akan arti XTC itu sendiri anda pasti akan tahu maksud saya. Ya, XTC
yang merupakan singkatan dari eXalt To Coitus (pemujaan kepada persetubuhan-seks) mengharuskan anggotanya untuk berhubungan seks.
Bagi anggota perempuan bisa kepada anggota lainnya, bagi anggota
laki-laki bisa ke anggota perempuan (biasa disebut “properti”) lainnya.
Moonraker
Moonraker adalah geng yang didirikan pada tahun 1978 oleh sekelompok siswa SMA di jalan Dago. Nama moonraker itu sendiri diambil dari film james bond
yang sedang beken diwaktu itu. Moonraker adalah geng yang sering
bertikai dengan XTC dikarenakan invasi XTC terhadap sebagian wilayahnya.
Untuk urusan
kebringasan sama saja dengan XTC ataupun geng motor lainnya. Dengan
bendera bergambar kelelawar dengan background merah, putih, biru
moonraker menguasai daerah dago, dago pojok dan juga jalan dipati ukur.
Brigez (BRIGadir Seven)
Briges awalnya lahir dari sekelompok siswa SMA 7 (seven).
Geng ini adalah geng yang menempati posisi kedua dibawah XTC dan
merupakan musuh bebuyutannya. Selain tiga doktrin utama diatas,
terinspirasi dari black metal (sumber penulis), briges mengharuskan
calon anggotanya untuk meminum darah ayam dan anjing. Hal ini diyakini
dapat menumbuhkan keberanian pada diri anggota briges dalam beraksi.
Dalam wilayah
kekuasaan briges hanya menguasai jalan lengkong, tempat sekolah mereka
berdiri, dan jalan asia afrika dan jalan sudirman. Geng ini sering kali menyebabkan dan terlibat tawuran atau penyerangan terhadap sekolah-sekolah lainnya.
GBR (GraB on Road)
GBR adalah geng motor paling bontot yang didirikan serta beranggotakan anak-anak SMP.
Walaupun paling bontot dan anggotanya kebanyakan SMP brutalnya sama
saja dengan geng lainnya. GBR menguasai sepanjang jalan sunda, sumatera
dan sekitarnya. GBR merupakan geng yang paling lambat pertumbuhannya
karena memang terdiri dari anak-anak SMP yang memiliki hobi balapan
dimalam hari.
Pola Perekrutan Anggota
Masing-masing geng
motor memiliki cara sendiri dalam membina kemampuan dan keberanian
anggotanya. Minuman, seks, obat-obatan adalah hal biasa bagi anggota
geng motor. Selain itu penggemblengan biasa dilakukan di tempat-tempat tertentu (masing-masing geng memiliki tempat favoritnya)
semisal lembang atau tempat lainnya dimana anggota harus melakukan
serangkaian aktivitas fisik yang brutal termasuk duel sampai lawan tidak
berkutik antar anggotanya.
Selain itu,
setelah rangkaian aktivitas fisik dalam ospek biasanya masih ada satu
tambahan tes lagi. Tiap anggota diharuskan untuk menuruni jalan atau
balapan dengan sepeda motor tanpa rem. Murni mengandalkan kenekatan dan skill memainkan persneling kendaraan.
Latihan semacam inilah yang membuat para anggota terlatih melakukan
aksi kejahatan, perampasan, penyerangan dan perampokan (termasuk kabur
dari kejaran aparat).
Bagaimana geng-geng motor ini bisa mendapatkan anggotanya? Simpel
sebenarnya, mereka cukup mendatangi sekolah-sekolah basis asal mereka. Senior sering kali tinggal “mencomot” anak sekolah baru yang mereka temui dan membawanya untuk mengikuti serangkaian kegiatan sebagaimana yang dialami oleh Tio, salah satu anak bapak kos penulis dahulu.
Sabtu sepulang
sekolah, sebutlah Tio, tidak pulang kerumah. Minggu sore baru pulang
dengan muka lusuh dan mengaku menginap dirumah temannya. Setelah didesak
oleh bapak dan ibu dia akhirnya Tio mengaku dibawa ikut ke Garut
mengikuti serangkaian kegiatan geng motor. Tio pun ikut saja karena
ajakan itu disertai ancaman akan dibuat sengsara disekolah kalau tidak
mau ikut serta. Pola seperti inilah yang membuat banyak anak usia sekolah nurut dan akhirnya menjadi anggota geng motor.
Untuk keluar dari keanggotaan geng motor bukanlah perkara mudah.
Bahkan ada yang mengharuskan anggotanya memotong jari kelingking
apabila ingin keluar dari keanggotaan gengnya. Hal ini belum termasuk
ancaman, teror dan beragam hal lainnya yang menyurutkan mental walau
banyak juga yang tak mau keluar karena sudah terlanjur keenakan dengan
beragam kegiatannya.
Penyerangan Terhadap masyarakat?
Sebenarnya hal ini terjadi bukan hanya karena pertikaian antara sesama geng.
Adanya perintah dari senior atau komandan adalah salah satu alasan
lainnya sehingga anggota geng menyerang masyarakat biasa. Dan hal ini
belum termasuk hasutan, pengaruh minuman, dan yang lainnya.
Dalam malam-malam
tertentu para anggota geng sering kali berkumpul (sekali kumpul bisa
mencapai 100 motor lebih) untuk melakukan konvoi. Pada saat itu, anggota
memiliki keberanian lebih dan merusak tempat mana saja yang
diperintahkan, yang kurang berkenan, atau malah dicurigai sebagai lawan.
Tapi ada kalanya juga penyerangan dilakukan oleh beberapa anggota saja
yang berkumpul, keliling mencari mangsa, memaksa orang lain (umumnya mereka mengincar bapak-bapak yang menggunakan motor standar, berkendaraan pelan dan melewati jalan gelap)
untuk menyerahkan motor, dompet atau HP nya, apabila ada gelagat
“sengak” dari mangsa para anggota geng ini tidak segan menghabisi
mangsa.
Memecahkan masalah geng motor?
Untuk
memecahkan masalah geng motor ini cukup rumit. Perlu dilakukan
koordinasi dari beragam pihak, terutama dari pihak sekolah, keluarga,
kepolisian dan masyarakat. Pihak sekolah bekerja dengan Diknas harus
mampu memantau dan melindungi murid-muridnya yang potensial menjadi
anggota geng. Razia, pencatatan nama, konseling bisa dilakukan sesering mungkin untuk memantau dan mencegah murid terjerumus didalam aksi geng motor.
Keluarga pun harus
lah jeli melihat perubahan dari anak dan mengarahkannya. Entah karena
kebiasaan atau pengaruh kehidupan perkotaan sering kali yang terjadi
malah orang tua cenderung membebaskan anak untuk bergaul tanpa memantau atau mengarahkan. Orang tua harus ekstra hati-hati mencurigai apalagi kalau ada gelagat yang ditutup-tutupi dari anak sendiri.
Dalam penegakan hukum lagi-lagi kepolisian dituntut tegas dalam melaksanakan hukuman terhadap geng motor. Ada pameo umum bahwa pentolan geng motor kebanyakan adalah anak-anak orang berpangkat di kota bandung dan dibiarkan.
Selain itu, kepolisian janganlah takut untuk menghukum walaupun
faktanya para pelaku adalah anak dibawah umur. Hukuman yang tegas kalau
perlu ditembak ditempat harus diberlakukan guna memberi efek jera dan
jeri untuk para pelaku atau para calon pelaku.
Terakhir,
masyarakat harus mampu bertindak cepat untuk melaporkan kalau ada
gerombolan yang mencurigakan. Jangan takut untuk mengambil peran
mengamankan lingkungan sekitar. Jangan sampai korban-korban yang
terpaksa kehilangan tangan, kehilangan kaki, bahkan nyawa berjatuhan
dimana-mana. Sinergi dari keempat elemen inilah menurut penulis
yang harus dilakukan apabila ingin memecahkan masalah geng motor di kota
bandung. Penulis merasa sayang apabila kedepannya kota bandung
malah lebih terkenal akan brutalnya geng motor daripada keramahan khas
sunda para warganya dan semoga artikel ini bisa memberi tambahan info
mengenai geng motor bagi para kompasianer yang membacanya.
Salam,